Jakarta – Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sudah ada di mana-mana. Teknologi ini punya potensi besar dalam perkembangan layanan medis, komunikasi, pendidikan, dan bidang-bidang lainnya.
Namun, tanpa batasan dan pengawasan yang tepat, penggunaan AI pada tingkat remaja bisa menimbulkan bahaya. Beberapa ahli, termasuk pendidik dan dokter, menilai perkembangan teknologi menjadi salah satu pemicu stres bagi generasi muda.
AI pada dasarnya penggunaan mesin untuk melakukan fungsi kognitif, seperti penalaran, pembelajaran, melihat pola, memecah masalah, hingga mengekspresikan kreativitas dan keterampilan.
Sekarang ini AI sudah tersebar luas dalam kehidupan modern. Panduan GPS, kendaraan otomatis, asisten suara seperti Alexa maupun Siri, chatbot yang membantu orang menavigasi situs web, dan alat AI generatif (seperti ChatGPT).
Dengan memanfaatkan AI generatif, seseorang mendapat bantuan dalam menghasilan teks, gambar, video, dan data lainnya. Fungsi AI pun semakin canggih melalui “pembelajaran mesin”, karena bisa mempelajari dan mensintesis bahasa manusia, gambar, video, kode perangkat lunak, hingga bahkan struktur molekul.
Lalu, bagaimana dampak penggunaan AI bagi remaja? Teknologi ini dianggap berisiko, khususnya untuk kesehatan mental. Berikut beberapa potensi masalah penggunaan AI tanpa pengawasan terhadap kaum remaja seperti dilansir newportacademy.com:
Perundungan online menggunakan deepfake
Deepfake merupakan hasil manipulasi gambar, video, dan audio menggunakan AI. Pelaku menggunakan suara atau rupa seseorang tanpa izin. Tindakan negatif ini diduga biasa menjerat remaja.
Menurut laporan The New York Times, ditemukan banyak foto telanjang remaja putri yang dibuat dan dibagikan di sekolah menengah dan atas. Remaja lelaki diduga menggunakan perangkat AI untuk membuat foto tersebut, dengan menggunakan wajah asli teman sekelas perempuan yang dapat dikenali.
Remaja lelaki pun membagikan foto-foto rekayasa tersebut melalui aplikasi percakapan atau menunjukkan kepada teman-temannya di bus sekolah atau kantin. Tidak hanya berpotensi mendapat gajaran hukum, perundungan online ini bisa memengaruhi kesehatan mental remaja putri yang menjadi korban.
Kecanduan berada di dunia maya
Generasi muda sekarang ini terpaku pada layar gadget. Kehadiran AI semakin membuat kaum remaja kecanduan, dengan menyuguhkan tampilan dunia online lebih menarik dibandingkan dunia nyata. Sehingga berselancar di dunia online terus menerus seakan menjadi hal biasa.
Kreativitas berkurang
Para pendidik menilai AI dapat mengganggu kreativitas dan kepercayaan diri generasi muda. Ketika mereka melihat aplikasi kecerdasan buatan mampu membuat gambar atau teks tertulis dengan cepat, kaum remaja mungkin menjadi kurang termotivasi meluangkan waktu dan berusaha melakukan mandiri.
Di sisi lain, remaja, yang selalu berusaha perfeksionis, mungkin bakal menganggap karyanya tetap kalah atau tidak mampu menyamai hasil buatan AI.
Kurangnya bersosialisasi dengan sesama
Sebuah penelitian memperingatkan, penggunaan AI bisa mengubah cara berinteraksi seseorang. Kaum remaja mungkin akan lebih senang berbicara dengan AI dibandingkan berkomunikasi dengan teman sebaya.